1.
Pengaruh Orang Tua Terhadap Pendidikan
Anak
Secara kodrati orang tua memiliki
peran dominan terhadap pembinaan putra-putrinya
yang merupakan amanat dari Allah SWT dan harus dipertanggung jawabkan dihadapan
Allah nanti. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-tahrim ayat 6
yaitu :
يَآيُّــهَـاالَّذِيْنَ
اَمَـنُوْا قُـوْآاَنْفُسَكُمُ وَاَهْـلِيْكُمْ نَارًا ........الاية (سورة التحريم
اية 6 )
Artinya : Wahai orang yang
beriman,jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.(QS,AT tahrim ayat 6)
Bagi orang tua, anak merupakan satu nikmat dari Allah, pahala yang mengalir
dan pehiasan kehidupan dunia. Mereka
adalah cahaya mata, pengharum hidup, buah hati, dan bumbu-bumbu kehidupan, mereka
adalah tulang punggung orang tua, tunas kehidupan, mutiara cinta, jembatan
generasi harapan, kenangan abadi sampai alam akhirot. Anak kita merupakan hasil cinta dan ladang harapan kita. Mereka
itu ibarat ranting yang rindang, bunga yang indah, penyejuk hati, ibarat taman
rumah, belahan hati, keindahan hidup yang merupakan bagain dari kita.
Menjadi orang tua yang baik merupakan syarat muntlak
dalam rangka mewujudkan keberhasilan pendidikan bagi anak, orang tua harus
mampu mengadakan pembinaan yang baik bagi anaknya. Pembinaan anak tersebut
meliputi beberapa hal baik pembinaan fisik, mental, tatakrama serta pendidikan
agama. Seiring dengan dinamika yang berkembang di masyarakat, orang tua
dituntut untuk lebih mencermati, menyikapi apa yang dilakukan oleh putra-putrinya serta lebih memperhatikan pengawasan dan
pembinaan terhadap putra-putrinya agar tidak tersesat ke dalam arus pergaulan
yang tidak baik yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Masa kanak-kanak merupakan awal kehidupan bagi manusia,
anak adalah benih generasi mendatang. Benih itu memperlukan tanah yang subur
dan lingkungan yang baik sehingga dalam mendidik anak peran orang tua dan lingkungan untuk membentuk kepribadian
anak sangatlah penting. Keluarga ibarat sekolah pertama sebagai pusat untuk
menumbuh-kembangkan kepribadian anak, juga untuk mencari pengetahuan dan
pengalaman bagi sang anak.Keluarga adalah perantara untuk membangun
kesempurnaan akal anak, dan kedua orang tuanyalah yang bertanggung jawab untuk
mengarahkan serta membangun (mengembangkan) kepahaman anak. Karena anak
dilahirkan dalam keadaan fitroh sebagaimana hadist di bawa ini :
عن أبى هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قا ل كل
إنسان تلده أمه على الفطرة وأبواه بعد يهودانه ويمجسانه
فإن كانا مسلمين فمسلم ........ . الحد
يث (رواه مسلم )
Artinya :
Tiap-tiap anak dilahirkan oleh ibunya atas fitroh (bersih dari dosa),kemudian kedua
orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasran atau Majusi. Jika kedua orang tuanya
Islam, maka seharusnya anaknya juga Islam.
Disinilah peran orang tua sebagai pembentuk karakter pada
anak sangat dominan. Sehingga dalam mendidik anak hendaknya bisa dengan baik,
salah satunya dengan memberi contoh yang baik,bukan sekedar hanya menasehati,
memerintah atau bahkan membentak.Anak akan lebih cepat terpengaruh sikap dan
perilaku orang yang ada disekitarnya daripada hanya nasehat. Karena salah satu
ciri anak adalah suka mengikuti apa yang ia lihat. Orang tua yang baik
hendaknya terketuk hatinya dan merasa terpanggil untuk ikut andil ambil
bagaian dalam ikut menyukseskan
pendidikan agama anaknya. Orang tua seharusnya bisa introspeksi, berfikir jernih
dan benar, sudah berapa banyak waktu yang dihabiskan anak untuk mencari ilmu
keduniawian dibandingkan ilmu agama? Sudah berapa banyak biaya yang dikeluarkan
untuk anaknya dalam hal urusan
keduniawian? Sudahkah sebagai orang tua dalam mendidik anaknya memperhatikan
dan mengutamakan pendidikan agamanya? Sejauh mana biaya yang dikeluarkan orang
tua untuk pendidikan agama anaknya? Dan apakah orang tua sudah memperhatikan
masalah ibadah anaknya.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa urusan duniawi bukanlah hal yang patut
diremehkan, bahkan merupakan suatu
kuwajaran setiap orang tua
mengharapkan putra-putrinya bisa
sekolah setinggi-tingginya, kelak punya kedudukan yang tinggi, pekerjaan yang
mentereng bisa hidup berkecukupan dan taraf ekonomi yang baik dan mapan. Tetapi
hal ini jangan lantas dijadikan persepsi bahwa pendidikan agama tidak lebih
penting daripada pendidikan dunianya, banyak contoh para Alim Ulama’ yang
berhasil dalam urusan duniawinya bahkan belum pernah terjadi seorang Alim Ulama’
kelaparan. Karena Allah telah berjanji akan selalu menolong kepada orang-orang
yang selalu menolong agamaNya dan selalu tertib ibadah padaNya, bahkan Allah
akan mengangkat derajadnya baik didunia maupun di akheratnya, dan menjamin
kehidupan yang layak, berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an surat
Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :
... ....يَرْفَعِ
اللَّـهُ الَّذِيْنَ اَمَـنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ اُوْتُـواالْعِلْمَ دَرَجَةٍ
’وَاللَّــهُ بِمَا تَعْمَـلُوْنَ خَبِيْرٌ (سورة المجا د له
اية اا)
Artinya : Allah akan mengangkat derajadnya orang-orang
yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajad
yang tinggi dan Allah Maha Waspada dengan apa yang kalian amalkan. (QS.Al
<Mujadalah ayat 11).
Untuk
itu pengaruh orang tua sangat menentukan atas keberhasilan terhadap pendidikan
anak-anaknya. Maka berhasil tidaknya pendidikan anaknya akan ikut ditentukan
baik tidaknya oarang tua dalam memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
2.
Orang Tua Yang
Baik
Sudah menjadi suatu hal yang semestinya bahwa pendidikan
anak dimulai dari sejak anak usia dini yang tentunya pendidikan tersebut akan
dimulai dari ruang lingkup keluarga, yang mana orang tua yang akan sangat
menentukannya.Orang tua yang baik harus bisa memberikan pendidikan yang bauk,
tanggung jawab orang tua tidak hanya di dunia tapi juga di akherat. Dalam
pengembangan berat tapi mulya ini, orang tua harus dapat memposisikan dan
menjalankan peranya sebagai orang tua yang baik. Posisi dan peran orang
tua sangat strategis dan sangat melekat
dalam menjadikan anak-anaknya menjadi yang terbaik, menjadi pribadi yang
tumbuh dalam bingkai kemajemukan tapi memiliki jati diri yang kuat untuk
menyongsong masa depan.
Stephen R. Covey ( 1997 ) mengemukakan empat prinsip
peranan oarang tua atau keluarga dalam pendidikan anak, yitu :
a.
Modelling
yaitu : Orang tua adalah contoh atau model panutan bagi anaknya.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa teladan yang baik dari orang tua mempunyai
pengaruh yang kuat bagi anak. Orang tua merupakan model yang pertama dan
terdepan bagi anak (baik positif ataupun negatif), dan merupakan pola
pembentukan “way of live” anak. Cara berfikir dan berbuat anak dibentuk
oleh cara berfikir dan berbuat orang tuanya. Melalui modelling ini orang
tua telah mewariskan cara berfikirnya kepada anaknya, yang kadang-kadang sampai
generasi berikutnya. Maka sebagai orang tua yang baik harus bisa menjadi
seorang “Modelling” yang baik bagi anaknya.
b.
Mentoring, yaitu
kemampuan untuk menjalin atau membangun
hubungan, investasi emosional (kasih
sayang kepada orang lain) atau pemberian perlindungan kepada orang lain secara
mendalam, jujur dan tidak bersyarat. Sebagai orang tua yang baik tentunya juga
harus bisa menjadi seorang “mentoring” bagi anaknya.
c.
Organisinzing,
yaitu keluarga seperti perusahaan yang memerlukan tim kerja dan bekerjasama
antar anggota dalam menyeleseaikan tugas-tugas atau memenui kebutuhan keluarga.
Maka disini orang tualah yang menjadi pemimpin dalam perusahaan tersebut
terutama seorang ayah, supaya bisa menjadi pemimpin yang baik buat keluarganya.
d.
Teaching, yaitu
terkait dengan peran orang tua sebagai guru atau pengajar bagi anak-anaknya
mengenai hukum-hukum (prinsip-prinsip) dasar kehidupan. Disini orang tua
menciptakan kemampuan dasar (conscious comptence) pada diri anak, yaitu
anak memahami tentang apa yang mereka kerjakan
dan alasan tentang mengapa mereka
mengerjakan itu. Dengan demikian anak akan enjoy mengerjakan sesuatu yang telah
difikirkan dan direncanakan sendiri bukan karena paksaan dari orang tua.
Di
sampimg peran di atas, fungsi utama orang tua adalah bisa menempatkan fungsi
keluarga denagan semestinya, yang menyangkut fungsi ayah, ibu dan anak yang
meliputi sebagai berikut : [5]
- Fungsi sosial, Orang tua atau keluarga memberikan prestise dan status kepada angota keluarganya.
- Fungsi edukatif, Orang tua memberiakan pendidikan kepada anak-anaknya
- Fungsi protektif, Orang tua melindungi angotanya terutama anaknya dari acaman fisik, ekonomi dan psikososial.
- Fungsi religius, Orang tua memberikan pengalaman spiritual (keagamaan) kepada anak-anaknya.
- Fungsi efektif, Orang tua memberikan kasih sayang dan melahirkan keturunan.
- Fungsi ekonomis, Keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri, yaitu anggota keluarganya menkosomsi barang yang diproduksi sendiri dan tidak konsumtif.
Sebagai
orang tua yang baik sudah semestinya bisa menempatkan fungsinya seperti yang
tersebut diatas. Selama ini banyak masyarakat sering melupakan kontribusi
kelurga dalam mengontruksi tatanan
sosial sehingga setiap muncul sesuatu dalam masyarakat, perhatian orang tua selalu pada institusi-institusi formal. Padahal
perilaku sosial sangat dipengaruhi oleh
sejauh mana orang tua menjalankan peran dan fungsinya mendidik
anak-anaknya secara matang dan efektif
sebagai modal dasar dalm membangun kehidupan keluarga dan tentunya akan juga
akan berpengaruh pada pendidikan yang
ada ditingkatan formal termasuk pendidika yang ada di TPA AL-Muhajirin Tambun.
Orang tua yang baik akan selalu berperan aktif dalam
menorehkan warna pada kanvas kehidupan sang anak. Oleh karena itu , sebagai orang
tua dan sekaligus sebagai pendidik
haruslah mewarnai hidup anak dengan akhlak yang baik , yakni akhlak yang
di contohkan oleh Rosulullah SAW. Dan sesungguhnya dari dalam diri orang
tua tertumpu harapan besar akan
terciptanya susana kehidupan rumah tangga yang harmonis, yang saling asah,
asih, asuh. Kehidupan keluarga yang senantiasa dibingkai dengan lembutnya cinta dan kasih
sayang serta nuansa agama akan melahirkan generasi-generasi impian yang
diharapkan. Untuk mewujudkan tujuan
mulia tersebut diatas , maka sebagai
orang tua yang baik akan selalu berusaha
membentuk karakter anak dengan baik yang meliputi antara lain :
- Memberi nama yang baik dan mengajari budi pekerti
Salah
satu bentuk kemuliaan dan kebaikan yang harus dilakukan oleh orang tua adalah
memberikan nama yang baik kepada anaknya yang baru dilahirkan serta memberikan
pendidikan budi pekerti yang baik. Karena nama dan panggilan yang baik akan
meninggalkan kesan positif dalam hati.
Seperti
yang diriwayatkan dari Rosulullah SAW :
إنكم تدعون يوم القيامة بأسمائكم وأسماء آبائكم فأحسنوا أسماءكم (رواه أبوداود عن أبى الدرداء)
Artinya : Sesungguhnya kalian pada hari kiamat nanti akan
dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian, maka
memperbaikilah nama-nama kalian. [6]
أكرموا أبناءكم وأحسنوا أدبهم (راوه ابن مماجه عن أنس بن ما لك )
Artinya : Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka
dengan baik. [7]
ما نحل والد والدا خيرا له من أدب حسن
(رواه الحاكم عن عمرو بن سعيد )
Artinya : Tiada suatu ppemberianpun yang lebih utama dari
orang tua kepada anaknya ,selainpendidikan yang baik. [8]
- Tanamkan aqidah dan kepahaman yang kuat
Masa
kanak-kanak adalah masa yang paling peka untuk menanamkan aqidah, sikap hidup,
sikap saling menghormati, sopan santun, tatakrama maupun sosial budaya. Sebagai
orang tua yang baik harus sudah menanamkan aqidah dan kepahaman agama pada
anaknya sejak kecil dan juga harus mampu memberikan teladan yang
baik.Pertama tugas orang tua adalah
memberikan kepahaman agama islam pada
anaknya.. igatlah firman Alla dalam surat Ali-imron ayat 102 yaitu :
يَآيُّــهَـاالَّذِيْنَ
اَمَـنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَتِهِ وَلاَ تَمُـوْتُنَّ اِلاَّ
وَاَنْتُمْ مُّسْـلِمُوْنَ (سورة العمران
اية 102 )
Artinya.: Hai
orang-orang yang beriman, kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa dalam keadaan beragama
Islam. [
c. Ajarkan kerukunan
, melalui sikap toleransi dalam hidup bersama
Dalam
hal mengajari akhlaq kepada anak-anaknya , “buah tidak akan pernah jatuh
jauh dari pohonnya” . Begitulah ungkapan yang mengiistilahkan begitu
dekatnya kepribadian seorang anak dengan kepribadian orang tuanya. Memiliki
kepribadian yang mulia bagi orang tua saat ini, adalah hal yang wajib kita
tunjukkan kepada anak-anaknya. Karena hal ini akan mudah diterima dari pada hanya sekedar tiori, bicara, dan
nasehat-nasehat yang kadang-kadang anak jauh dari orang tuanya. Untuk itu dalam
mendidik anak-anaknya orang tua supaya mengingat kata-kata bijak seperti dibawa
ini :
~ “Apa
bila anak dibesarkan denagn toleransi, ia akan belajar menahan diri”
~ “Apa
bila anak dibesarkan dengan motifasi, ia akan belajar percaya diri”
~ “Apa bila anak dibesarkan denagan sebaik-baiknya
perlakuan, ia akan belajar keadilan”
~ “Apa bila anak dibesarkan dengan kasih sayang, ia akan
belajar menemukan cinta dalam kehidupan”
Maka
dari itu kita sebagia orang tua harus bisa menjadi orang tua yang baik bagi
anak-anak kita. Insya’Allah kalau kita bisa jadi orang tua yang baik anak kita
akan jadi baik pula.
3.
Orang Tua Yang
Tidak Baik
Sudah menjadi hukum alam kalau kita tidak bisa menjadi
orang tua yang baik berarti kita akan menjadi oarang tua yang tidak baik,
berarti kita harus siap juga akan menelan pil pait yaitu anak kita akan menjadi
tidak baik pula. Jangan pernah menyalahkan anak tidak bisa berbuat baik kalau
kita sebagai orang tua tidak bisa memberikan contoh yang baik, tentunya akan
timbul pertanyaan, Bagai mana anak bisa baik kalau mereka tadak pernah melihat
kebaikan dari orang tuanya.
Yang biasanya menjadi kesalahan orang tua yaitu, oarng
tua kadang mempunyai fikiran baik bagi orang tua pasti baik bagi anak,
padahal baik bagi orang tua tidak serta
merta baik bagi anak. Kadang orang tua hanya memasrahkan pendidikaan anaknya
pada institusi sekolahan saja, oarang tua merasa cukup kalau mereka sudah mengeluarkan
biaya yang banyak buat pendidikan anaknya tanpa memperhatikan perkembangan
pendidikan anaknya. Padahal belakangan ini,institusi keluarga menjadi syorotan, baik buruknya masyarakat
dinilai dari profil-profil keluarga di dalamnya, menyangkut peran orang tua
dalam menginternalisasi / menanamkan nilai-nilai moral-moral dan norma-norma
sosial terhadap anak. Dalam kehidupan sosial pun kini banyak bermunculan
perilaku remaja dan anak-anak yang suka menyimpang dari norma-nirma sosial,
ternyata setelah dicermati termasuk faktor pengaruh yang tidak baik dari orang
tuanya juga ikut andil dalam hal tersebut.
Termasuk orang tua yang tidak baik adalah yang kurang
memperhatikan perkembangan pendidikan anaknya terutama sekali pendidikan
agamanya, orang tua hanya sibuk mengurusi keduniaan saja tanpa memperdulikan
pada pendidikan agama anaknya, mereka berpendapat kalau yang dinamakan
keberhasilan adalah yang sukses dalam dunianya, Sehingga banyak orang tua yang
hanya sibuk ngurusi pendidikan dunianya, mereka lebih kuatir anaknya tidak
menguasai ilmu matematika,ipa,bahasa Inggris, komputer dan ilmu keduniaan yang
lain dari pada anaknya tidak mengerti masalah agama. Sehingga tidak sedikit
orang tua akirnya menyesal setelah anaknya berhasil keduniaannya seorang anak lupa
tentang kuwajibannya terhadap orang tuanya dan terhadap Tuhannya. Banyak
anak-anak setelah berhasil lupa dengan orang tuannya, lupa dengan jerih payah
orang tuanya dalam membantu keberhasilannya, banyak anak yang justru berani menentang orang tuanya, tidak
sopan terhadap orang tuanya, sehingga ada istilah “Kalau orang tunya kaya
anak jadi raja, kalau anaknya kaya orang tua jadi pembantunya” Naudzubillah
min dzalik.
Lebih tidak baik lagi, kalau orang tua tidak bisa
memberikan contoh yang baik justru memberikan contoh dan pendidikan yang tiadak
baik terhadap anak-anaknya, seperti didalam kehidupan kelurga, orang tua selalu
ribut didepan anak-anaknya, seorang ayah memberikan contoh yang tidak baik bagi
anakya sepetri gampang emosi, gampang marah, ringan tangan, berkata kasar,
semena-mena, menang sendiri, tidak mencerminkan seorang pemimpin yang baik yang
bisa diteladani, begitu juga seorang ibu, selalu tidak sopan terhadap suaminya,
selalu membantah, berkata kasar, sering keluar rumah yang tidak ada tujuannya,
tidak bisa mencerminkan ibu yang baik bagi anak-anaknya. Supaya diingat kata-kat
bijak di bawa ini :
~ “Apa
bila anak dibesarkan dalam celaan, maka ia akan belajar memaki”
~ “Apa
bila anak dibesarkan dalam permusuhan, maka ia akan belajar berkelahi”
~ “Apa
bila anak dibesarkanb dalam cemoohan, maka ia akan belajar rendah diri”
~ “Apa
bila anak dibesarkan dalam penghinaan, maka ia akan belajar menyesali diri”
Maka
kita sebagai orang tua jangan sampai menjadi contoh yang tidak baik bagi
anak-anak kita, kita supaya selalu ingat kalua orang tua adalah guru pertama
bagi anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar